SMI Trenggalek Rayakan Ultah ke-1 dengan Deklarasi
Merayakan ulang tahunnya yang pertama, Komunitas Supermoto Indonesia (SMI) Trenggalek menyambutnya dengan suka cita.
Autoride – Perayaan hari jadi yang pertama Supermoto Indonesia (SMI) Trenggalek berlangsung meriah pada tanggal 10 Desember 2023 lalu dengan mengambil lokasi di Gedung Serbaguna Balai Desa Karangan, Trenggalek, Jawa Timur. Acara semakin spesial dan istimewa karena pada saat yang sama juga sekaligus dilakukan deklarasi SMI Trenggalek.
Agenda dimulai dengan sambutan-sambutan, seperti sambutan pihak Koramil, Polsek, dan Polres Trenggalek. Hadir kurang lebih 540 bikers dari sekitar 82 komunitas maupun klub motor. Banyak bikers yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, ada dari Banyuwangi, Bondowoso, Surabaya dan masih banyak lagi. Tidak hanya dari kawasan Jawa Timur, namun juga datang dari Jawa Tengah seperti Blora, Jogja, Kudus, Blitang dan beberapa daerah lainnya di Jateng. Sedangkan dari luar Pulau Jawa ada dari Palembang hingga Riau.
Mengusung tema Not Speed But Brotherhood (Bukan Tentang Kecepatan tapi Tentang Persaudaraan), SMI Trenggalek ingin mengajak para bikers untuk saling mempererat persaudaraan antar komunitas baik di lingkup komunitas supermoto ataupun di luar komunitas supermoto.
“Acara ulang tahun berlangsung sangat meriah, lancar, kondusif, dan sukses. Para bikers yang hadir merasa salut dengan acara yang kami gelar, karena baru pertama kali bisa serame dan sesukses ini. Acaranya juga lancar berkat kekompakan panitia,” ujar Johansyah Deva, Ketua Umum SMI Trenggalek.
Sementara itu, berdirinya komunitas ini bermula dari gabungnya bikers supermoto di Sumenep dan Trenggalek. Pada saat itu mereka masih menggunakan nama SupermotoGenk. Setelah itu dikoordinasikan dengan para member yang ada dan banyak yang sepakat untuk bergabung dengan Supermoto Indonesia. Hingga akhirnya lahir SMI Trenggalek.
Tanggal 10 Desember 2023 pun menjadi tanda lahirnya SMI Trenggalek. Meski baru genap berusia 1 tahun, namun jumlah membernya sudah mencapai sekitar 40 anggota. Jumlah yang cukup banyak bagi sebuah komunitas yang masih terbilang seumur jagung.
“Tantangan tersulit dalam membina komunitas yaitu mempertahankan dan menstabilkan bagaimana caranya anggota tetap kompak, harus selalu ada acara maupun agenda dan giat agar komunitas tetap berjalan dan bisa dikenalkan kepada masyarakat sehingga bisa bermanfaat juga bagi masyarakat sekitar,” pungkas Johansyah. (Maston/Foto: ist)