Resep Rahasia Produsen Mobil Listrik China Bisa Kalahkan Tesla
Produsen mobil listrik asal China, BYD berhasil menduduki peringkat teratas sebagau yang paling inovatif menurut IMD Future Readiness Indicator (FRI) 2025.
AUTORIDE.CO.ID – Selain mobil listrik China BYD, beberapa produsen asal Negeri Tirai Bambu juga berhasil masuk posisi di 10 besar. Ada Geely di peringkat 3, disusuk Li Auto di peringkat 4 dan Xpeng menduduki peringkat 8. Produsen mobil listrik Amerika Serikat (AS) Tesla harus puas di posisi 2. Kia di peringkat 5 dan menyusul di urutan 6 dan 7 ada Volkswagen (VW) serta Toyota. Sedangkan dua pabrika mobil AS lainnya, General Motors (GM) dan Ford masing-masing di posisi 9 dan 10.
Keberhasilan perusahaan mobil listrik China menempati peringkat sepuluh besar kesiapan masa depan IMD FRI Auto 2025 didorong oleh berbagai perubahan drastis yang mereka lakukan.
“BYD melakukan ekspansi teknologi dan pabrik secara besar-besaran. Sementara Li Auto, Geely, dan XPeng bertumbuh sangat cepat, sehingga memberi tekanan besar bagi peta persaingan industri otomotif,” jelas Howard Yu, Profesor Manajemen dan Inovasi serta Direktur Pusat Kesiapan Masa Depan IMD.
Berbagai inovasi yang dilakukan BYD, Geely, Li Auto, dan XPeng, terbukti diminati konsumen. Hal ini tentu berdampak langsung pada pertumbuhan pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut sehingga berhasil menggeser para senior produsen mobil Eropa dan Jepang.

Cara pabrikan China mengembangkan mobil listrik, berbeda dengan metode para pemain tradisional. Mereka mengutamakan desain mobil berdasarkan pengembangan software dan integrasi digital. Sementara pemain lama biasanya terlalu menitikberatkan pada sisi hardware.
Efeknya, mereka tak perlu melakukan recall ketika mobil perlu melakukan kalibrasi kendaraan. Perbaikan suspensi hingga fitur keamanan, bisa dilakukan hanya dengan melakukan update software saja. Hal ini tentu menekan biaya produsen dan terasa lebih nyaman bagi konsumen ketimbang cara konvensional.
Digitalisasi juga mempengaruhi bagaimana mereka mengawasi dan mengamankan rantai pasokan dan distribusi. Dengan digital tracking system, pengiriman bisa dilacak dengan lebih presisi dan transparan.

“Meskipun kendaraan listrik memerlukan komponen canggih seperti baterai dan semikonduktor, namun mereka mendapat keuntungan dari rantai pasokan yang lebih fleksibel. Sementara itu, kompleksitas rantai pasokan produsen mobil tradisional lebih rumit,” jelas Yu.
Selain itu, Pabrikan mobil China juga piawai membuat perbaikan dan penyesuaian dalam waktu singkat. Mereka bisa meluncurkan model baru atau pembaruan software dengan kecepatan yang sulit disaingi oleh produsen mobil Barat. Sebagai contoh, pabrikan Barat mungkin perlu 5-7 tahun untuk membuat mobil generasi baru. Sementara produsen mobil China seperti Li Auto, bisa meluncurkan mobil baru setengah dari waktu yang dibutuhkan pabrikan Barat imbas dari sistem organisasi yang lincah seperti startup.
Untuk pembaruan (upgrade) software, para produsen China bisa melakukannya setiap tahun di beberapa lini model EV-SUV mereka. Ketika permintaan mobil listrik meningkat, pabrikan China pun sangat gesit meraup pasar. Mereka mengakali dengan segera meningkatkan produksi untuk model-model entry-level terlebih dulu agar bisa mencuri start dan mengambil konsumen ketika lawan-lawan mereka masih sibuk memperbesar dan merombak pabrik.

Sebaliknya, para pemain otomotif petahana menghadapi krisis ganda. Pertama terkait turunnya keuntungan di China. Padahal menurut Yu, China adalah pasar kunci untuk pertumbuhan mereka. Masalah kedua, mereka tak sanggup untuk membiayai riset dan pengembangan mobil listrik yang butuh pendanaan besar.
Volkswagen misalnya, meski perusahaan ini didapuk sebagai pemain tradisional yang punya kesiapan masa depan paling baik, namun mereka menghadapi kesulitan akibat pendapatan yang terus menurun (kapitalisasi pasar -7.4% CAGR) dan ketergantungan mereka dengan model yang terlalu hardware-centric.
Untuk itu, produsen otomotif lawas mesti melakukan strategi baru agar bisa bersaing. Menurut Yu, Mereka harus bisa mengikuti tren industri otomotif yang kini membuat mobil sebagai “komputer berjalan”. Selain itu, para pemain lama ini memiliki keuntungan karena merek mereka sudah lebih dikenal dan dipercaya masyarakat di berbagai belahan dunia. Sementara para pemain China dan Tesla saat ini masih terkonsentrasi di beberapa negara tertentu saja. (Maston/Foto: ist)